Puisi 1:
Terpaku terdiam ku menunggu
Mengenyam asa tak menentu
Merasakan sentuhan cintamu
Menyayat hati merobek pilu
Mengerang meregang asaku
Menunggu cintamu tak tentu
Berontak sontak naluriku
Coba melawan diamku
Mengalah tersungkur jiwaku
Tergurat luka takkan sembuhku
Melangkah menjauh hangatmu
Tinggalkan dingin dan keras di hatiku
Puisi 2:
Kadang..
Terdengar lirih suaramu
Di antara derit-derit gesekan bambu
Ratapan pilu terdengarku
Menyayat hati tak pernah berlalu
Kadang..
Ratapan itu jelas menggema
Di setiap sudut rasa
Ku mulai mendengarkannya
Tapi ku terus berlalu begitu saja
Kadang..
Meski terikatku erat pada hatinya
Tapi ku tak inginkannya
Ku telah berlari bebas dan suka
Tak sedikitpun ku toleh ia
Karna jeritannya menoreh luka
Puisi 3:
Dewa dan dewi yang sedang jatuh cinta
Seharusnya bersanding bertatap mesra
Jalani hidup penuh suka
Takkan saling menorehkan luka
Tapi takdir mungkin tak menyapa
Tuk mereka saling bersama
Ataukah takdir hanya ingin mempermainkannya
Menginginkan pengorbanan cinta
Kebahagiaan harapan keduanya
Meski tak tau berujung sampai dimana
Kapan waktu kan menjawab semua
Hanya takdir tersenyum pelan mengetahui rahasianya
No comments:
Post a Comment